Seminar Rekam Medis Nasional Gadjah Mada (SERENADA) 2025 Angkat Isu Strategis Rekam Medis Elektronik bersama Para Ahli Nasional

 

Yogyakarta, 1 Juni 2025 – Sebagai penutup rangkaian GEBYAR REKAM MEDIS UGM 2025, Seminar Rekam Medis Nasional Gadjah Mada (SERENADA) telah sukses diselenggarakan pada Sabtu, 31 Mei 2025, secara daring melalui platform Zoom Meeting. Acara ini diprakarsai oleh Keluarga Mahasiswa Departemen Layanan dan Informasi Kesehatan, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, dan berhasil menghimpun antusiasme tinggi dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, alumni, akademisi, hingga praktisi di bidang rekam medis dan informasi kesehatan dari seluruh Indonesia.

SERENADA kali ini mengangkat tema: “Pengembangan dan Implementasi Rekam Medis Elektronik Berbasis Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi, Kualitas, dan Interoperabilitas Data Kesehatan di Indonesia”, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta memperluas wawasan peserta mengenai tantangan dan peluang transformasi digital dalam pengelolaan data kesehatan nasioanl.

Seminar ini menghadirkan empat narasumber terkemuka di bidangnya, yaitu:

  1. Nur Ratri Annisa Putri, SKM
  2. dr. Rano I Sudra, M.Kes., CTMRI
  3. Suhartanto, A.Md.PerKes., S.Kom
  4. Dr. Rita Dian Pratiwi, S.Kep., MPH

Dalam pemaparannya, Ibu Nur Ratri Annisa Putri, SKM menyoroti mengenai pentingnya integrasi SNOMED-CT dalam sistem RME untuk meningkatkan akurasi dalam kodifikasi medis. SNOMED-CT sendiri dapat diartikan sebagai kamus terminologi klinis internasional yang komprehensif dan dapat diintegrasikan dengan standar lain seperti ICD-10, ICD-9 CM, dan LOINC pada platform SATUSEHAT. SNOMED-CT ini memungkinkan pencatatan data klinis secara terperinci dan fleksibel malalui pendekatan polyhierarchy, serta memungkinkan pengkodean informasi mulai dari gejala, diagnosis, tindakan, hingga rencana tindak lanjut pasien. Dalam hal pengimplementasiannya, setiap fasyankes perlu memiliki lisensi afiliasi, melakukan pemetaan istilah lokal ke SNOMED-CT, serta menyematkan kode ke dalam sistem RME. Dengan ini, data kesehatan dapat dipertukarkan sesuai dengan standar.

Sementara itu, Bapak dr.Rano I. Sudra, M.Kes., CTMRI menguraikan mengenai pentingnya pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan dalam sistem pengambilan keputusan klinis pada layanan kesehatan digital khususnya RME. Big data dalam konteks ini mencakup seluruh data pasien yang sangat kompleks dan beragam seperti hasil laboratorium, riwayat penyakit, hingga interaksi obat yang perlu untuk dikelola dengan standar kualitas tinggi. Untuk mengimplementasikan AI secara efektif, dibutuhkan kesiapan sistem, validasi data yang cermat, dan infrastruktur teknologi yang memadai. AI dapat membantu dalam pengkodean otomatis, analisis, notifikasi dini, dan evaluasi kerja RS. Transformasi ini juga menuntut keterlibatan lintas pemangku kepentingan, kesadaran akan keamanan data, serta kesiapan hukum dan etik. Dengan pendekatan yang sistematis AI dapat mendukung efisiensi dan akurasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan berbasis data.

Di sisi lain, Bapak Suhartanto, A.Md. Perkes, S.Kom, menekankan terkait pentingnya integrasi RME dengan Sistem Kesehatan Nasional guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan. Dalam kerangka transformasi kesehatan nasional yang terdiri dari enam pilar, salah satunya adalah sistem informasi dan teknologi kesehatan. Integrasi ini bertujuan untu memastikan bahwa layanan kesehatan dapat diakses secara berkualitas, efisien, dan berkesinambungan oleh seluruh masyarakat. Berbagai sistem seperti SATUSEHAT, BPJS Kesehatan, e-Klaim, V-Claim, dan aplikasi layanan kesehatan lainnya perlu disinergikan dengan RME untuk menciptakan ekosistem data kesehatan yang terstandar dan saling terhubung. Langkah ini sangat krusial untuk memperkuat Sistem Kesehatan Nasional, mengurangi angka morbiditas dan mortalitas, serta untuk meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan berbasis data.

Adapun Ibu Dr. Rita Dian Pratiwi, S.Kep., MPH. membahas mengenai integrasi data Tuberkulosis (TB) dan RME ke dalam platform SATUSEHAT menggunakan standar FHIR (Fast Healthcare Interoperability Resources). Mengingat Indonesia merupakan negara dengan kasus TB tertinggi kedua di dunia, integrasi ini menjadi krusial dalam mendukung strategi eliminasi TB nasional menuju 2030. Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) saat ini digunakan untuk pencatatan kasus TB, tetapi perlu dilakukan langkah optimalisasi. Materi ini menguraikan bagaimana data unit layanan rekam medis, laboratorium, radiologi, dan farmasi bisa disatupadukan dan dikirim ke SATUSEHAT melalui pemetaan dan konversi format FHIR. Selain itu, dijelaskan pula inovasi berupa Integration Worker System (IWS) untuk mengotomatisasi proses integrasi dan tantangan kolaborasi lintas unit dalam suatu fasyankes. Melalui upaya ini, pemerintah berharap tercipta sistem informasi kesehatan yang lebih terpadu, akurat, dan responsif dalam memerangi TB.

Diskusi dan pemaparan materi tersebut dipandu secara dinamis oleh Dian Budi Santoso, SKM, MPH selaku moderator. Para narasumber membagikan pengalaman praktis dan perspektif keilmuan mengenai Rekam Medis Elektronik (RME), integrasi sistem informasi rumah sakit, interoperabilitas data antar fasilitas layanan kesehatan, serhta inovasi digital dalam menunjang efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan di era digital.

Melalui SERENADA 2025, para peserta memperoleh wawasan yang komprehensif dan aplikatif mengenai perkembangan RMIK di Indonesia, serta terinspirasi untuk terus mendorong profesionalisme dan inovasi di bidang ini. Seminar ini sekaligus menjadi forum yang memperkuat kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan mahasiswa demi kemajuan sistem informasi kesehatan nasional yang lebih baik.

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*