Apa Itu OSCE Pada Pendidikan Manajemen Informasi Kesehatan?

Penulis: Nuryati


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=eFhZI_DqRZE

Seiring dengan perkembangan kurikulum dan tuntutan kompetensi lulusan mahasiswa kesehatan yang dinamis di dunia kerja, langkah strategis sesuai dengan goal SDGs nomor 4 (Quality Education) menjadi inovasi dalam dunia pendidikan bidang kesehatan. Uji kompetensi pada mahasiswa kesehatan menjadi persyaratan kelulusan mahasiswa bidang Kesehatan dan prasyarat untuk peroleh status akreditasi Prodi baik D3 RMIK maupun Sarjana Terapan MIK oleh LAMPTKes.  Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya berfokus pada pendidikan untuk keberlanjutan. Uji kompetensi mahasiswa Kesehatan bertujuan untuk memastikan bahwa para profesional kesehatan masa depan dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam pelayanan kesehatan modern.

Pendidikan D3 dan Sarjana Terapan Rekam Medis Dan Manajemen Informasi Kesehatan adalah pendidikan yang menyiapkan calon perekam medis yang mampu bekerja sebagai care provider dalam pelayanan rumah sakit. Untuk mengukur capaian kemampuan tersebut, pendidikan ini harus mempersiapkan metode penilaian yang dapat mengukur pencapaian kemampuan tersebut. Sejak tahun 2018, uji kompetensi untuk mahasiswa calon lulusan pendidikan RMIK/MIK sudah dilakukan dengan metode soal pilihan ganda berbasis skenario rekam medis (MCQs) yang hanya mengukur kemampuan pengetahuan keterampilan saja. Hal ini belum sepenuhnya mengukur keterampilan yang diharapkan sebagai seorang perekam medis karena pengukuran ini belum memperlihatkan penilaian terhadap perilaku professional dalam praktik rekam medis sehingga masih ditemukan keluhan stakeholder terhadap mutu lulusan RMIK/MIK.

Salah satu uji keterampilan klinis yang menilai perilaku professional dalam melakukan keterampilan klinis adalah metode Objective-Structured Clinical Examination (OSCE). Beberapa referensi menjelaskan bahwa tidak ada satu pun metode penilaian yang memiliki efektifitas untuk menguji teori, keterampilan, dan perilaku professional secara bersamaan. Oleh sebab itu, penilaian uji kompetensi direkomendasikan minimal menggunakan dua metode, yaitu metode MCQs dan OSCE.

Mengacu pada piramida Miller (P. Miller & Rose, 1990) tahap-tahap pencapaian kemampuan dalam keterampilan klinis terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:

  1. Tingkat Mengetahui konsep dasar dan prinsip-prinsip sebuah ketrampilan klinis;
  2. Tingkat Mengetahui teori dan bagaimana teknik keterampilan ini dilakukan;
  3. Tingkat 3. Mampu menunjukkan bagaimana keterampilan klinis itu dilakukan;
  4. Tingkat Mampu melaksanakan tindakan secara mandiri.

Piramida Miller ini menggambarkan tentang tahapan pencapaian pembelajaran klinis dan metode uji yang digunakan pada setiap tahap pencapaian keterampilan klinis.

Pada metode OSCE, penilaian ini dilakukan untuk menilai capaian keterampilan klinis di tingkat 3, yaitu menilai apakah peserta uji mampu ‘menunjukkan bagaimana’ asuhan/keterampilan klinis yang dilakukannya apakah telah kompeten sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan. Pada umumnya, penilaian ini dilakukan di laboratorium klinis dengan menggunakan pasien/pemeran terstandar (bila diperlukan). Ujiannya pun merupakan cuplikan dari setiap kemampuan memberikan layanan rekam medis yang sesuai dengan yang diharapkan bila mereka menjadi perekam medis kelak. Selain itu, metode OSCE ini mempunyai keunggulan sebagai berikut:

  1. Objektif: seluruh kandidat diuji dengan materi yang sama, sesuai dengan jenis dan komposisi yang sama tentang capaian yang diharapkan untuk menjadi perekam Jenis dan komposisi ini dicantumkan dalam blueprint uji kompetensi OSCE;
  2. Terstruktur: pada setiap stasiun, soal telah ditentukan aspek yang akan diuji dan parameter penilaiannya (berbentuk rubrik), sehingga penguji memberi penilaian berdasarkan pada kriteria yang telah tercantum pada rubrik tersebut;
  3. Clinical Examination: setiap kandidat memperagakan tugas yang sama, yaitu tugas yang telah ditentukan, tercantum pada soal ujian, waktu, dan pada stasiun yang

Di samping OSCE dapat menilai capaian keterampilan klinis tingkat ‘menunjukkan  bagaimana’, OSCE juga dapat mewakili seluruh keterampilan perekam medis. Namun demikian, OSCE ini harus distandardisasi dalam pelaksanaannya beserta komponen- komponennya untuk menghindari hasil yang bias antara satu institusi dengan institusi lainnya. Oleh karena itu, panduan harus dibuat untuk menyeragamkan pelaksanaan OSCE secara umum di seluruh institusi pendidikan rekam medis dan manajemen informasi kesehatan di Indonesia. Skills-lab sangat bermanfaat sebagai fasilitas untuk melakukan evaluasi keterampilan klinis dengan metode OSCE, karena skills-lab mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

  1. OSCE dapat dikondisikan seperti pada situasi (setting) nyata,
  2. Mahasiswa dapat menggunakan pemeran simulasi/standar seperti koder dan verifikator, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara berulang-ulang, dan
  3. Mahasiswa dapat mempelajari ketiga ranah kompetensi (pengetahuan, psikomotor dan sikap) secara

Untuk itulah, OSCE sangat diperlukan dalam ranah evaluasi pencapaian kompetensi oleh para mahasiswa kesehatan, tidak terkecuali untuk mahasiswa Pendidikan Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan.

 

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*